Cari Blog Ini

Jumat, 13 Juni 2025

Tes Obyektif dan Uraian

A. Pengertian Tes

Penilaian adalah proses pengumpulan informasi tentang kinerja siswa untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002). Selanjutnya, Black dan William (1998) mendefinisikan penilaian sebagai semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menilai diri mereka sendiri, yang memberikan informasi sebagai umpan balik untuk memodifikasi aktivitas belajar-mengajar.

Dari penjabaran di atas, bisa kita simpulkan bahwa aktivitas penilaian sangat penting untuk dilakukan, bukan hanya sekedar ingin mengetahui mana yang anak yang pintar dan mana anak yang kurang di kelas. Akan tetapi, penilaian sangat bermanfaat untuk seorang guru agar bisa mengetahui sejauh mana  efektivitas pembelajaran yang sudah berjalan selama ini. Dan dengan adanya hasil dari penilaian itu, guru bisa menentukan sikap untuk pembelajaran selanjutnya, baik dari materi, metode, media dan lain-lain, yang mana hal itu bisa memperbaiki hasil pembelajaran kedepannya.Menurut Chittenden (1991: 4), kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat hal, yaitu:
  1. Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Untuk kepentingan ini, pendidik mengumpulkan berbagai informasi sepanjang semester atau tahun pelajaran melalui berbagai bentuk pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar anak.

  2. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan pada siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai bentuk pengukuran, pendidik berusaha untuk memperoleh gambaran menyangkut kemampuan siswanya apakah sudah menguasai materi atau belum.

  3. Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan jalan ini, pendidik dapat segera mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul selama proses belajar berlangsung.

  4. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki siswa. Hal ini sangat penting bagi pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh siswa. Selain itu, hasil penyimpulan ini dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan belajar siswa, baik untuk siswa sendiri, sekolah, orang tua, maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Dalam menjalankan profesinya, guru perlu memahami seluk-beluk penilaian dan evaluasi bagi siswanya. Mengapa demikian? Karena penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengajaran. Kegiatan ini merupakan salah satu dari empat tugas pokok seorang guru. Empat tugas pokok itu adalah: 1) merencanakan, 2) melaksanakan, 3) menilai keberhasilan pengajaran, dan 4) memberikan bimbingan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, guru pun memberikan bimbingan kepada siswa dan berupaya memahami kesulitan belajar yang dialami siswa beserta latar belakangnya, sekaligus memberikan bantuan untuk mengatasinya sebatas kemampuan dan kewenangannya.

Sementara itu, fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni fungsi evaluasi hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran. Fungsi evaluasi hasil belajar diantaranya:

  1. Fungsi formatif

Evaluasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dapat memberikan informasi berupa umpan balik, baik bagi guru maupun bagi siswa. Bagi guru umpan balik tersebut dapat dipakai sebagai perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Perbaikan dilakukan pada titik kelemahan/kekuarangan yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Bagi siswa, umpan balik yang diterima akan memberikan informasi kepadanya apakah kompetensi dasar dan standar kompetensi telah dicapainya. Apabila standar kompetensi dan kompetensi dasarnya belum tercapai, maka dapat dilakukan perbaikan dalam pembelajaran.

  1. Fungsi sumatif

Tes sumatif dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar biasanya dilakukan pada akhir program pengajaran, misalnya pada akhir kuartal, akhir semester, atau akhir tahun ajaran. Sebagai hasilnya akan diketahui sampai sejauh mana pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa telah tercapai. Dengan demikian, suatu keputusan dapat diambil, misalnya naik atau tidak naik kelas, lulus atau tidak lulus. Laporan kemajuan hasil belajar ini juga dapat diberikan kepada orang tua atau wali siswa.

  1. Fungsi diagnostik

Evaluasi digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses maupun akhir pembelajaran. 

Ada empat istilah yang berkaitan dengan evaluasi, tetapi pada dasarnya memiliki makna yang berbeda, yaitu tes, pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. 

Pengukuran dapat menggunakan nontes maupun tes. Pengukuran pendidikan dapat berupa kuantitatif, yaitu berupa angka antara lain dapat dinyatakan antara 0 sampai dengan 100. Pengukuran kualitatif biasanya tidak dinyatakan dengan angka, melainkan dengan antara lain sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. Penilaian adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Dengan kata lain, penilaian (assesment) adalah berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk. Penilaian merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan program pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif singkat.

 Adapun definisi tes menurut Linn dan Gronlund (1995), adalah: “Test is an instrument of siystematic procedure for measuring a sample of behavior by posing a set of questions in a uniform manner. Because a test a form of assessment, test also answer the questions how well does the individual perform either in comparison with others or in comparison with a domain of performance task.

Tes secara sederhana adalah seperangkat alat yang berisi tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengejaran tertentu.

  1. Tujuan Diadakannya Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan. Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan, terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.

Tes pada umumnya dimaksudkan untuk mengukur aspek-aspek perilaku manusia, seperti aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), maupun aspek keterampilan (psikomotor). Hal yang hendak diukur adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan (Sumarna, 2004). Dalam uraian ini, perlu dibedakan antara prestasi belajar (achievment) dan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar hanya mengukur dua aspek, yaitu aspek kognitif  dan aspek psikomotor. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak seorang peserta didik, dengan demikian mengukur tiga aspek utama hasil pendidikan, yaitu aspek kognitif, psikomotor dan afektif.

Tes pada umumnya digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. Melalui tes guru dapat memperoleh informasi tentang berhasil tidaknya peserta didik dalam menguasai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Melalui tes guru dapat dengan mudah mendeteksi peserta didik yang sudah menguasai dan belum menguasai. Melalui tes juga guru dapat mendeteksi berhasil tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil tes dapat digunakan untuk memberikan laporan kepada pihak tertentu tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik maupun tentang keberhasilan guru mengajar.

  1. Macam-macam Tes

Secara umum, tes terbagi menjadi dua model/bentuk, yaitu:

  1. Tes subjektif/uraian (Suharsimi, 2002). 

Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan, atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5 atau 10 buah soal. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ngingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.

Kelebihan tes subjektif:

  1. Mudah disiapkan dan disusun.

  2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.

  3. Mendorong siswa untuk berani mengungkapkan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.

  4. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan. 

Tes esai/uraian juga memiliki kekurangan, diantaranya:

  1. Kadar validitas (mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur) dan reliabilitas  rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai,

  2. Kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas),

  3. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif,

  4. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

  5. Waktu untuk koreksinya lebih lama dan tidak dapat diwakili oleh orang lain.

Macam-macam tes uraian:

  1. Tes uraian terbatas

Pada bentuk tes uraian terbatas, lingkup permasalahan yang diajukan sangat spesifik dan meminta jawaban yang tidak terlalu panjang, misalnya satu atau dua paragraf. Jawaban yang diberikan dapat berupa uraian kata-kata, persamaan redaksi, perhitungan, gambar grafik, diagram, dan sebagainya.

Contoh soal:

  1. Tulislah definisi dari beberapa istilah berikut ini:

(a). Fikih

(b). Aqidah 

Berikut kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam penyusunan soal tes uraian terbatas:

  1. Gunakan bentuk tes uraian terbatas untuk mengukur kemampuan berpikir untuk konsep-konsep penting dan sukar diukur melalui tes objektif.

  2. Sesuaikan banyaknya pertanyaan dengan waktu yang tersedia.

  3. Buatlah kunci jawaban disertai kriteria penilaian dan pemberian bobot skor yang jelas.

  4. Setiap butir soal dapat memiliki bobot skor yang berbeda tergantung pada tingkat kesukaran pertanyaan yang diajukan. Sebaiknya tuliskan distribusi bobot skor yang ideal (skor maksimum) pada setiap butir soal.

  5. Buatlah kalimat perintah pada butir soal uraian terbatas sesingkat mungkin, misalnya mengawali dengan kalimat: jelaskan mengapa; apa yang akan terjadi jika; bandingkan; gambarkan; buatlah grafik, dan sebagainya. Kalimat perintah dapat pula dinyatakan setelah disajikan informasi-informasi yang diperlukan untuk membantu menjawab masalah yang diberikan.

  1. Tes uraian terstruktur

Pada tes uaraian terstruktur, setiap butir soal memiliki satu informasi yang sama diikuti dengan beberapa pertanyaan uraian terbatas dan isian singkat yang satu sama lain berhubungan dengan informasi yang diberikan. Pada bentuk tes seperti ini, skor untuk tiap jawaban yang benar sebaiknya dikomunikasikan kepada siswa. Informasi yang diberikan pada butir soal sebaiknya disertai gambar, bagan, tabel, deskripsi suatu eksperimen, wacana dan sebagainya. Bentuk tes seperti ini memerlukan waktu yang banyak untuk menuliskan jawaban. Karena itu jumlah butir soal yang diberikan hendaknya diperhitungkan dengan waktu yang tersedia. Dengan menggunakan bentuk tes ini, guru dapat sekaligus mengukur kedalaman pemahaman siswa terhadap keseluruhan materi pelajaran yang telah disampaikan. Contoh: Seutas dawai dengan rapat massa linear 4,0×10-3 kg/m yang kedua ujugnya terikat diberi tegangan 360 N. Salah satu frekuensi harmoniknya 375 Hz, sedangkan frekuensi harmonik berikutnya 450 Hz (Ma’rifatul Illa: 2020).

(a) Berapakah frekuensi nada dasar dawai itu? 

(b) Dari frekuensi yang diberikan, harmonik ke berapakah yang dimaksud? 

(c) Berapakah panjang dawai?


  1. Tes uraian bebas

Butir soal uraian bebas menuntut jawaban siswa yang sangat terbuka, masalah yang dikemukakan tidak spesifik seperti pada bentuk uraian yang lainnya. Siswa diberi kebebasan untuk menuangkan pemikiran, keluasan pengetahuannya dan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan/karangan.

Contoh:

  • Uraikanlah bagaimana peranan ilmu kimia dalam peningkatan kesejahteraan umat manusia?

  • Dinamika Pemikiran Pendidikan Islam mengacu pada tokoh-tokoh pendidikan Islam yang telah meletakan dasar-dasar pendidikan Islam sesuai dengan situasi dan kondisi dimana tokoh tersebut berkprah. Jelaskan gagasan mendasar apa yang mereka bangun dan letakkan agar pendidikan Islam dimanapun tetap menunjukkan orientasinya dan dapat diimplementasikan di masing-masing tempat (jenis dan jenjang pendidikan)


  1. Tes objektif

Tes objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.

Kelebihan tes objektif:

  1. Dapat terhindar dari campur tangan unsur subjektif baik dari segi siswa maupun guru yang memeriksa,

  2. Pemeriksaannya lebih mudah dan cepat,

  3. Pemeriksaan bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus oleh guru yang mengujikan atau yang mengajarkan,


Kekurangan tes objektif:

  1. Penyusunan soal cenderung lebih sulit dan memakan waktu,

  2. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan proses mental yang tinggi,

  3. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan,

  4. Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Jenis-jenis tes objektif:

  1. Tes benar-salah (true-false)

Soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.

Menurut Surapranata (2004), terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan bentuk soal benar-salah yang harus diperhatikan oleh guru ketika mereka mengembangkan soal. Kelebihan pertama adalah mudahnya membuat soal. Hanya dengan mengubah sedikit pernyataan yang terdapat dalam buku atau membuat sama pernyataan dalam buku misalnya, akan diperoleh soal benar-salah. Kelebihan lain adalah banyaknya pokok bahasan atau kompetensi dasar dan indikator yang bisa diterapkan pada tes ini. Adapun kelemahan dari tes ini adalah tingginya faktor menerka yang dilakukan peserta didik. Itu artinya jawaban yang diberikan oleh peserta didik belum tentu mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan hanya dua alternatif jawaban, peserta didik memiliki peluang menjawab benar dan salahnya 50%. Sehingga bisa disimpulkan sebagai berikut: (a) memiliki tingkat reliabilitas yang sangat rendah, (b) kurang dapat digunakan sebagai alat diagnosa kesulitan belajar siswa, (c) validitas soal juga sangat diragukan kebenarannya.

  1. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Adapun kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor) (Iin Nurbudiyani, 2013: hal. 90). Bentuk tes ini adalah yang paling banyak digunakan, sehingga kita tentu tidak asing lagi dengan tes ini.

Keunggulan bentuk soal pilihan ganda antara lain sebagai berikut:

  1. Dapat disusun untuk mengukur kemampuan dari setiap jenjang dalam domain kognitif.

  2. Peluang untuk penebakan bisa lebih diminimalisir dibanding bentuk B-S.

  3. Pokok soal terbuka untuk disisipkan ilustrasi berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya.

  4. Mudah dalam penskoran.

Sedangkan kekurangan bentuk soal pilihan ganda antara lain:

  1. Sukar dibuat, kesukaran utama terletak pada menemukan distraktor yang logis, sehingga dapat mengecoh siswa yang tidak menguasai konsep yang diujikan.

  2. Pokok uji memerlukan tempat yang banyak pada halaman kertas, sehingga perlu kertas yang banyak.

Berikut ini dikemukakan pedoman yang harus diikuti dalam pembuatan butir soal dengan bentuk pilihan berganda, agar menghasilkan butir soal yang baik.

  1. Butir soal harus sesuai dengan indikator.

  2. Pilihan jawaban (option) harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

  3. Setiap butir soal harus mempunyai satu jawaban yang benar.

  4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

  5. Pokok soal jangan memberi petunjuk kearah jawaban benar.

  6. Pokok soal jangan menggunakan kata negatif lebih dari satu, karena akan membingungkan.

  7. Jika dipakai kata negatif (bukan, tidak, kecuali), hendaknya ditulis dengan huruf miring (italic) agar jelas perbedaannya.

  8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama (homogen).

  9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “semua pilihan jawaban di atas salah”, atau  “semua pilihan jawaban di atas benar”.

  10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya.

  11. Jika persoalan dalam butir soal berkaitan dengan perhitungan, maka pengecohnya harus diambil dari kemungkinan kesalahan siswa menghitung yang timbul akibat kecerobohan atau ketidaktahuan.

  12. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

  13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

  14. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan komunikatif.

  15. Urutan kunci jawaban untuk seluruh perangkat soal, hendaknya secara acak atau tidak mengikuti pola tertentu yang mudah ditebak.

  16. Sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku, jika pokok uji berupa kalimat belum lengkap, maka diujung kalimat dituliskan empat titik (....) dan setiap option diawali dengan hurup kecil. Jika pokok uji berupa kalimat tanya, maka setiap option diawali dengan huruf besar. 

  1. Soal menjodohkan

Dalam bentuk tes yang tradisional, soal menjodohkan adalah bentuk soal yang terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri biasanya merupakan pernyataan soal atau pertanyaan sering juga disebut sebagai stimulus atau premis yang berupa kalimat. Kelompok kedua biasa disebut respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau pernyataan respon berupa kata, bilangan, gambar atau simbol. Peserta tes diminta untuk menjodohkan atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang terdapat di lajur sebelah kiri dengan respon yang terdapat pada lajur sebelah kanan. 

  1. Tes isian

Tes isian terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini merupakan pengertian yang kita minta dari murid. Ada juga tes isian yang tidak berbentuk kalimat-kalimat pendek, tetapi merupakan kalimat berangkai dan memuat banyak isian.

  1. Tes jawaban singkat

Soal jawaban singkat adalah yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa kata prase, nama tempat, nama tokoh, lambang, atau kalimat yang sudah pasti. Bentuk soal jawaban singkat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik yang sangat sederhana. Berikut contoh tes jawaban singkat:

  1. Garis apakah yang menghubungkan daerah yang sama tekanannya pada peta cuaca? (sobar)

  2. Satuan apakah yang dipergunakan untuk menyatakan panjang sebuah benda? (meter atau sentimeter)

0 comments:

Posting Komentar

PENTINGNYA MENGENAL DAN MEMPELAJARI TENTANG RASULULLAH

  Seorang manusia ketika hidup di dunia ini, tentu dia akan dituntut untuk senantiasa belajar dan belajar, karena untuk mempertahankan eksis...