Cari Blog Ini

Jumat, 13 Juni 2025

AWAL MUNCUL FITNAH DI MASA UTSMAN BIN AFFAN Radiyallahu 'anhu

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, kaum muslimin memasuki masa kepemimpinan para khulafaur rasyidin yaitu empat orang sahabat yang mulia yang mana Rasulullah telah meridhai mereka di masa hidupnya. Setiap khalifah memiliki dan menghadapi tantangan dan ujian masing-masing yang cukup berat, di masa Abu Bakar, dia harus menghadapi gerakan pemurtadan dan juga kemunculan orang-orang yang mengaku nabi, dimana mereka memiliki para pengikut yang jumlahnya begitu banyak. Di masa Umar bin Khatab, dia harus menghadapi dua kekuatan besar di jaman itu, yaitu Persia dan Romawi. Maka dari dua pemimpin itu, secara umum musuh yang mereka hadapi adalah musuh dari luar yang terlihat dengan jelas.

Akan tetapi di masa Utsman bin Affan, musuh yang dihadapinya berbeda dengan sebelumnya, dimana tantangan yang paling berat adalah menghadapi musuh dari dalam, yang mana mereka tidak menampakan permusuhannya secara terang-terangan, sehingga sulit untuk dihadapi. Dalam kitab Siroh Nabi yang ditulis oleh Abu Hatim, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Hibban, dikisahkan bagaimana awal munculnya fitnah dijamannya. Awalnya adalah terjadi pada tahun 35 hijriah, dimana orang-orang Mesir datang kepada Utsman untuk mengadukan gubernurnya yaitu Ibnu Abi Sarh atas perbuatannya, memang beliau tidak menyebutkan perbuatan apa yang telah dilakukannya. Lalu Utsman mengirimkan surat yang berisi ancaman bersama orang-orang yang mengadukannya. Akan tetapi Ibnu Abi Sarh menolaknya, bahkan dia menghukum orang-orang itu, sehingga salah seorang darinya terbunuh. Maka keluarlah sekitar 700 orang menuju Madinah untuk menemui Utsman dan mengadukan peristiwa itu. Setelah tiba di Madinah, mereka berkumpul di Masjid Nabawi dan menceritakannya kepada para sahabat setelah melaksanakan sholat tentang perbuatan Ibnu Abi Sarh.

Talhah bin Ubaidillah pun menyampaikan apa yang telah dia dengar dari penduduk Mesir kepada Utsman. Begitu pula Aisyah mengirimkan surat kepada Utsman tentang kedatangan penduduk Mesir ke Madinah dan menyuruhnya agar menegakan keadilan. Lalu Ali pun mendatangi Utsman dan menyarankan agar dia mencopot Ibnu Abi Sarh dan mengadilinya. Mendengar semua saran dari para sahabatnya, maka Utsman pun meminta agar mereka memilih orang untuk menggantikan Ibnu Abi Sarh. Maka mereka pun menunjuk Muhammad bin Abi Bakar untuk menjadi gubernur Mesir. Maka ditulislah keputusan itu, dan Muhammad bin Abu Bakar pun berangkat ke Mesir bersama beberapa orang dari muhajirin dan ansor untuk menjadi saksi atas apa yang akan dilakukan oleh Ibnu Abi Sarh terhadap orang-orang Mesir. 

Ketika mereka telah melakukan perjalanan selama kurang lebih tiga hari dari Madinah, mereka melihat ada seorang budak hitam menaiki seekor unta, dan memacu untanya dengan keras seolah-olah dia sedang mengejar seseorang atau sebaliknya dia sedang dikejar oleh seseorang. Lalu mereka pun bertanya kepada budak tersebut, "ada apa denganmu, sepertinya engkau sedang dikejar seseorang atau engkau sedang mencari seseorang?". Lalu dia menjawab: "Aku adalah budak amirul mu'minin yang menyuruhku untuk menemui gubernur Mesir." Mereka berkata: "Ini gubernur Mesir, dia bersama kami." Lalu budak itu berkata: " Bukan dia yang aku maksudkan." Maka peristiwa itupun disampaikan kepada Muhammad bin Abu Bakar, dia pun memerintahkan seseorang untuk mencari budak itu dan menyuruhnya untuk dihadapkan kepadanya. Setelah dia dihadapannya, Muhammad bin Abu Bakar bertanya kepadanya, "Budak siapakah engkau?" Budak itupun menjawab, "Aku budaknya amirul mu'minin." tapi ketika ditanya lagi, budak itu menjawab, "Aku budaknya Marwan." dengan jawaban yang berbeda. Lalu seseorang dari mereka mengenali budak itu, bahwa dia budaknya Utsman.        

Lalu budak itu ditanya, "Kepada siapa engkau dikirim?" dia menjawab: "Kepada gubernur Mesir", Dia tanya kembali, "Dengan apa?", budak itu menjawab: "Dengan membawa pesan", lalu ditanya lagi "apakah engkau membawa surat?", budak itu menjawab "tidak", lalu dia pun digeledah dan tidak ditemukan surat, akan tetapi mereka melihat ada sebuah kantung terbuat dari kulit kering yang bergoyang-goyang, lalu mereka menggerakan kantong itu untuk mengeluarkan suratnya, akan tetapi tidak keluar, lalu mereka membelahnya lalu mereka menemukan sebuah surat dari Utsman untuk Ibnu Abi Sarh. Lalu Muhammad bin Abu Bakar mengumpulkan orang-orang yang bersamanya dan membuka surat tersebut, dan isinya "Jika Muhammad bin Abu Bakar dan fulan, dan fulan telah datang kepadamu, maka tangkap dan bunuhlah mereka, dan batalkan kitabnya, tetaplah engkau dalam tugasmu, dan tahanlah orang yang mengadu tentangmu, sampai datang pendapatku in syaa Allah". Setelah membaca surat itu, mereka pun terkejut dan memutuskan untuk kembali ke Madinah dan menyegel kembali surat tersebut dan menyerahkannya kepada seseorang. Setelah tiba di Madinah, Muhammad bin Abu Bakar mengumpulkan Ali, Talhah, Zubair dan Saad, dan juga para sahabat yang lain, dan membuka surat tersebut dengan disaksikan oleh orang-orang yang ikut berasamanya, dan menceritakan tentang budak yang mereka temui, dan tidak ada yang mendengarnya kecuali mereka menjadi marah terhadap Utsman. Begitu pula dengan Ali, setelah dia memastikan kebenaran surat itu, dia pun mengajak para sahabat yang lain terutama ahlul badr untuk menemui Utsman, Lalu dia bertanya kepada Utsman, "Apakah ini budakmu?", Utsman menjawab, "Ya", "dan unta ini milikmu?", "Ya", "Dan engkau yang menulis surat ini?", Utsman menjawab, "Tidak", lalu Utsman bersumpah dia tidak menulis surat itu dan juga tidak memerintahkannya untuk menulisnya. Lalu Ali kembali bertanya, "Dan cap ini milikmu?" Utsman menjawab, "Ya", lalu Ali berkata, "Lantas bagaimana bisa budakmu keluar dengan membawa untamu dan juga surat yang dicap oleh stempelmu dan engkau tidak mengetahuinya?", lalu Utsman kembali bersumpah bahwa dia tidak menulis surat itu. Lalu merekapun mengenali tulisan surat itu adalah tulisan Marwan. Mereka pun meminta Utsman agar menyerahkan Marwan, akan tetapi Utsman menolaknya. Sementara Marwan ada di dalam rumahnya, Utsman takut kalau mereka akan membunuhnya. 

Lalu Ali dan para sahabat yang lain pun keluar dari rumah Utsman, dan mereka tahu bahwa Utsman tidak berbohong, mereka berkata, "Kita tidak akan berhenti, sampai Utsman menyerahkan Marwan sehingga kita akan mengetahui kebenaran surat itu, bagaimana mungkin dia menyuruh seseorang membunuh para sahabat tanpa hak, jika Utsman yang menulisnya, maka kita akan mencopotnya, jika Marwan yang menulisnya mengatasnamakan Utsman, maka kita akan lihat apa yang harus kita lakukan terhadap Marwan". Maka kabar ini pun tersebar di tengah kaum muslimin, para sahabat pun pergi dari Utsman. Sementara itu, Adi bin Hatim dan Malik bin Harits an Nakhai keluar dari Kufah bersama seratus orang, dan Hakim bin Jabalah al Abdi keluar dari Basrah bersama seratus orang lainnya, mereka menuju Madinah ingin mencopot Utsman. Dan mereka mengepung Utsman sebelum bulan Dzulqo'dah. Mereka mempersempit gerak Utsman dan tidak ada yang menyeru Utsman untuk keluar dari rumahnya. Dan tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam rumahnya, kecuali orang yang menyerukan datangnya waktu shalat, dan dia dilarang memanggilnya dengan sebutan amirul mu'minin. Jika tiba waktu shalat, maka Utsman akan mengutus Abu Hurairah untuk mengimami manusia, dan terkadang Utsman menyuruh Ibnu Abbas untuk untuk menggantikannya. Suatu hari Utsman pernah naik ke atap rumahnya, dan dia mendengar sebagian orang berkata: "Carilah jalan agar bisa membunuhnya". Lalu Utsman berkata, "Demi Allah, Allah tidak pernah menghalalkan darahku begitu juga Rasulullah, aku mendengar Rasul bersabda, "Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena tiga hal: kafir setelah Islam, atau orang berzina setelah menikah, atau membunuh jiwa tanpa hak, dan aku tidak pernah melakukan satupun dari perbuatan itu, aku tidak akan pernah menyelisihi Rasulullah terhadap umatnya dengan menumpahkan darahnya sampai aku bertemu dengannya, orang yang paling aku cintai diantara kalian adalah yang menahan lisannya dan senjatanya". 

Lalu dia pun menghadap kepada mereka dan bertanya, "Apakah Ali ada diantara kalian?", mereka menjawab, "Tidak", lalu bertanya lagi, "Apakah Sa'ad ada diantara kalian?", mereka menjawab, "Tidak", Utsman berkata, "Aku mengingatkan kalian karena Allah, apakah kalian tahu bahwa sumur rumah tidak ada yang bisa minum darinya kecuali karena suatu hal? lalu aku membelinya dari hartaku dan aku memberikannya untuk orang kaya dan miskin dan ibnu sabil", mereka menjawab "Ya", Utsman berkata "Berilah aku minum darinya! tidakah ada diantara kalian yang menyampaikan hal ini kepada Ali agar dia memberiku minum!", maka sampailah kepada Ali, Ali pun mengirimkan utusan dengan membawa tiga kantung yang berisi air yang penuh. Lalu Utsman pun berkata, "Sungguh aku tidak mengharapkan kepemimpinan mereka ini, kalau bukan karena sabda Nabi kepadaku yang mengatakan, "Jika Allah memakaikanmu sebuah pakaian, dan mereka ingin agar engkau melepaskannya, maka janganlah engkau lepaskan!". Lalu Utsman menyuruh Abdullah bin Abbas untuk menjadi pemimpin dalam pelaksanaan ibadah haji. 

Setelah itu Utsman memanggil al Asytar dan bertanya tentang apa yang diinginkan manusia darinya, dia menjawab ada tiga hal yang mereka inginkan, pertama mereka ingin agar engkau melepaskan kekhilafahan darimu dan menyerahkan kepada manusia untuk memilih penggantinya, atau yang kedua engkau mengqisas dirimu sendiri, jika engkau menolak manusia akan memerangimu. Utsman menjawab, "Jika aku harus melepaskan kepemimpinan ini, maka aku tidak akan melepaskan sesuatu yang sudah Allah pakaikan untukku, demi Allah aku lebih suka untuk menyerahkan kepalaku untuk dipenggal daripada harus menyerahkan urusan umat ini, adapun agar aku mengqisas diriku, maka kalian sangat tahu bahwa aku tidak pernah melakukan perbuatan yang mengharuskan aku untuk diqisas, dan jika kalian membunuhku, maka demi Allah, kalian tidak akan bisa lagi saling mencintai setelahku, dan kalian tidak akan bisa lagi bersatu memerangi musuh dan kalian akan selalu berselisih sampai kalian akan seperti ini (lalu dia membaca QS. Hud: 89). Lalu datanglah Abdullah bin Salam, lalu berkata: "Cukup, cukup!", lalu datanglah Zaid bin Tsabit dan berkata, "Wahai Amirul mu'minin ini kaum anshar di depan pintu, Utsman pun berkata, "Jika mereka mengehendaki jadi penolong Allah diantara kalian, jika tidak, maka tidak akan". Lalu datang Abdullah bin Zubeir dan berkata, "Wahai Amirul mu'minin keluarlah dan perangilah mereka! karena orang yang bersamamu adalah orang yang Allah tolong karena jumlah mereka sedikit". Ketika pengepungannya semakin berat, Utsman berpuasa saat itu hari jum'at. Dia berkata, "Aku bermimpi bertemu dengan Nabi, beliau bersabda "Wahai Utsman engkau akan berbuka besama kami hari ini". Lalu Ali berkata kepada Hasan dan Husein, "Pergilah kalian dengan membawa pedang kalian, dan berdirilah di depan pintu Utsman dan jangan biarkan seorangpun menerobos masuk!". Zubeir dan Talhah pun masing-masing mengutus anaknya, begitu pula sebagian para sahabat mengutus anak-anak mereka untuk mencegah orang-orang masuk ke dalam rumah Utsman. 

Orang-orang pun melempari Hasan dan Husein dengan panah sehingga Hasan berlumuran darah, begitu pula Muhammad bin Talhah dan budak Ali. Kemudian Muhammad bin Abu bakar menggandeng sekelompok orang dan memanjat tembok tanpa sepengetahuan siapa pun, dia melihat Utsman sedang memegang mushaf sambil duduk bersama istrinya, lalu Utsman berkata kepadanya, "Demi Allah kalau seandainya bapakmu melihatmu sekarang, tentu dia akan menganggap buruk apa yang sedang engkau lakukan sekarang", maka Muhammad bin Abu Bakar pun pergi, lalu majulah Saudan bin Ruman al Muradi dengan memegang anak panah dan memukulkannya sehingga Utsman pun syahid dan dia sedang berpuasa di hari itu. Lalu merekapun keluar dari jalan mereka masuk dan melarikan diri. Itu terjadi pada hari jum'at tanggal 18 Dzulhijjah tahun 35 Hijriah. Pengepungan rumah Utsman berlangsung selama 45 hari. Dan yang pertama masuk ke dalam rumah setelah Utsman terbunuh adalah Hasan dan Husein, mereka berdua sangat terkejut, tidak tahu apa yang terjadi karena sibuk di depan pintu untuk menahan orang-orang masuk ke dalam rumah Utsman. Sementara ketika mereka masuk, mereka mendapati Utsman telah terbunuh, mereka pun mendekati tubuh Utsman sambil menangis, orang-orang pun mulai masuk ke rumah Utsman dan terkejut melihat keadaan ini. 
Berita inipun sampai ke telinga Ali, Talhah, Zubeir dan Saad, merekapun keluar dengan kebingungan, seakan-akan akal mereka hilang mendengar berita yang menggemparkan ini. Lalu mereka masuk ke rumah Utsman dan mendapati Utsman telah terbunuh, mereka pun mengucapkan kalimat istirja. Ali berkata kepada anaknya, "Bagaimana bisa Utsman terbunuh sementara kalian menjaga pintu rumahnya?", mereka menjawab "Kami tidak tahu", Ali pun menampar Hasan dan memukul dada Husein dan mencela Muhammad bin Talhah dan Abdullah bin Zubeir lalu keluar sambil marah. Talhah bin Ubaidillah pun menemuinya dan berkata, "Ada apa dengan wahai Aba Hasan?", Ali berkata, "Amirul mu'minin telah terbunuh seorang sahabat Nabi Muhammad sebelum ada kejelasan dan hujjah", Talhah berkata, "Kalau seandainya dia menyerahkan Marwan kepada mereka, tentu mereka tidak akan membunuhnya", Ali pun berkata, "Kalau Marwan keluar kepada kalian, tentu kalian akan membunuhnya sebelum jelas hukumannya". 

Demikianlah peristiwa fitnah yang menimpa Utsman dan kaum muslimin, yang menyebabkan Utsman terbunuh, Utsman pun dukuburkan pada malam sabtu, kekhilafahannya berlangsung selama 12 tahun kurang sepuluh hari. Semoga Allah membalas semua kebaikan Utsman dan jasa-jasanya terhadap kaum muslimin dengan balasan yang berlipat ganda.          

  

    

 

0 comments:

Posting Komentar

PENTINGNYA MENGENAL DAN MEMPELAJARI TENTANG RASULULLAH

  Seorang manusia ketika hidup di dunia ini, tentu dia akan dituntut untuk senantiasa belajar dan belajar, karena untuk mempertahankan eksis...