Dalam dunia pendidikan terdapat tiga aliran yang berkaitan dengan perilaku manusia [1], maksudnya adalah berbagai pendekatan atau cara pandang dalam dunia pendidikan yang memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda-beda, tentunya cara pandang ini akan mempengaruhi bagaimana pendidikan itu akan dilaksanakan, apa yang akan diajarkan, dan bagaimana proses
belajar mengajar itu berlangsung, yaitu:
1. Aliran
nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah pembawaan diri yang
berupa kecenderungan, bakat dan akal (faktor internal). Menurutnya perkembangan
individu secara eksklusif dan tegas dipengaruhi oleh sebab-sebab yang
diturunkan dengan semua aspek diatur oleh karakteristik yang melekat sejak
lahir. Misalnya, jika seseorang yang sangat cerdas kemungkinan besar akan
mempunyai anak atau keturunan yang sama cerdasnya. Lingkungan tidak penting
dalam aliran nativisme karena tidak memiliki kapasitas untuk memberikan
pengaruh apapun terhadap lintasan perkembangan anak atau siswa.
2. Aliran
empirisme
Kata empirisme berasal dari bahasa latin
“empiri” yang memiliki arti pengalaman. Pemikiran ini dicetuskan oleh John
Locke (1632-1704) yang terkenal dengan teorinya tabularasa. Menurut aliran ini
faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
faktor dari luar (faktor eksternal) yaitu lingkungan sosial termasuk pembinaan
dan pendidikan yang diberikan. Oleh karena itu, pendidikan berfungsi sebagai
sarana untuk memperoleh pengetahuan dan membentuk pemahaman mereka tentang
dunia.
3. Aliran
konvergensi
Aliran ini dikemukakan oleh Williamstern (1871-1939). Menurut aliran ini pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pendidikan dan pembinaan melalui interaksi dalam pendidikan sosial. Kemampuan bawaan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya pengasuhan lingkungan yang sesuai dengan bakat individu. Sebaliknya perkembangan anak yang ideal tidak akan dapat tercapai dalam lingkungan yang baik jika anak kurang memiliki keterampilan yang diperlukan.
[1] Ni Luh Putu Liyana Andriyanti, “Tinjauan Teori Pendidikan Klasik,” Metta : Jurnal Ilmu Multidisiplin 1, no. 4 (December 30, 2021): 202–7, https://doi.org/10.37329/metta.v1i4.2851.
0 comments:
Posting Komentar