Seorang manusia ketika hidup di dunia ini, tentu dia akan dituntut untuk senantiasa belajar dan belajar, karena untuk mempertahankan eksistensinya dia perlu mengetahui hal-hal yang bisa membuatnya bertahan. Lebih dari itu, seorang muslim dituntut untuk belajar, dimana hal yang paling penting untuk dipelajarinya adalah tentang agamanya.
Bahkan kebutuhan tentang ilmu agama itu melebihi kebutuhannya untuk makan dan minum. Dan salah satu hal yang harus dipelajari oleh seorang muslim adalah tentang siapa Nabinya. Tentunya tidak hanya sebatas mengetahui nasabnya, atau sejarah hidupnya, akan tetapi juga mengetahui apa yang beliau bawa, yaitu risalah Islam, membenarkannya (mengimaninya), mentaati perintahnya, karena tidak ada jalan untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kecuali dengan jalan yang telah ditunjukan oleh Nabi. Dan tidak ada jalan untuk mengetahui kebaikan dan keburukan secara rinci, kecuali dari ajarannya. Dan tidak akan bisa diraih keridhoan Allah sedikitpun kecuali dengan jalannya.[1] Sufyan bi Uyainah berkata:إِنَّ
رَسُولَ اللَّهِ هُوَ الْمِيزَانُ الْأَكْبَرُ، وَعَلَيْهِ تُعْرَضُ الْأَشْيَاءُ
عَلَى خُلُقِهِ وَسِيرَتِهِ وَهَدْيِهِ، فَمَا وَافَقَهَا فَهُوَ الْحَقُّ، وَمَا
خَالَفَهَا فَهُوَ الْبَاطِلُ.
“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ adalah timbangan yang paling besar. Segala sesuatu dikembalikan
kepadanya, yakni pada akhlaknya, perjalanan hidupnya, dan petunjuknya. Maka apa
saja yang sesuai dengannya, itulah kebenaran, dan apa saja yang menyelisihinya,
itulah kebatilan.”
Oleh karena itulah, kebutuhan
manusia terhadap seorang Nabi itu lebih besar dari kebutuhan badan manusia
terhadap ruhnya, dan kebutuhan matanya terhadap cahaya, dan kebutuhan ruh
terhadap kehidupannya. Maka kebutuhan apapun seseorang terhadap sesuatu,
tidaklah lebih besar dibandingkan kebutuhannya terhadap para Nabi. Apa jadinya
jika seseorang kehilangan hidayah Allah walaupun sekejap saja, maka hatinya
akan rusak, seperti ikan yang terpisah dari air lalu diletakan di penggorengan.
Atau bahkan lebih parah dari itu, akan tetapi yang bisa merasakan keadaan itu
hanyalah hati yang hidup.
0 comments:
Posting Komentar