A. Pengertian belajar
Belajar kata dasarnya adalah ajar, yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Dari kata ini kemudian ditambahkan awalan ber-, menjadi belajar. Dalam kamus KBBI maknanya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, atau makna lainnya berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Dalam bahasa arab, belajar sepadan dengan kata تعلّم-يتعلّم atau درس-يدرس. Ada beberapa ayat yang menggunakan kata tersebut, diantaranya ayat-ayat berikut ini:
ﵟمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤۡتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادٗا لِّي مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُواْ رَبَّٰنِيِّـۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ ٧٩ﵞ
“Tidak pantas bagi orang yang diberikan oleh Allah al-kitab dan hikmah dan nubuwwah, lalu dia mengatakan kepada manusia hendaklah kalian beribadah kepadaku tanpa beribadah kepada Allah, akan tetapi dia akan mengatakan hendaklah kalian menjadi orang-orang Rabbani karena kalian mengajarkan al kitab dan mempelajarinya.” (QS. Al-Imran: 79)
ﵟوَمَآ ءَاتَيۡنَٰهُم مِّن كُتُبٖ يَدۡرُسُونَهَاۖ وَمَآ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡهِمۡ قَبۡلَكَ مِن نَّذِيرٖ ٤٤ﵞ
“Dan kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab yang mereka baca, dan tidak pernah pula mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun.” (QS. Saba: 44)
Dari dua ayat di atas, makna kata belajar lebih banyak ditafsirkan dengan membaca.[1]
Adapun hadis yang menyebutkan tentang kata belajar salah satunya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ،
“Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan saling mempelajarinya, kecuali akan turun kepadanya ketenangan, dan akan rahmat akan meliputinya, dan malaikat akan menaunginya, dan Allah akan menyebutkannya di hadapan para makhluknya.” (HR. Muslim: 2699)
Jadi makna belajar menurut dalil-dalil di atas erat kaitannya dengan perintah menuntut ilmu, artinya proses mencari atau mendapatkan ilmu, dan salah satu caranya yaitu dengan membaca. Maka Imam Bukhari mengatakan, “Sesungguhnya ilmu itu diperoleh hanya dengan belajar”.
Allah telah menganugerahkan kepada manusia sarana atau alat untuk mendapatkan ilmu, yaitu pendengaran, penglihatan dan hati, sebagaimana dalam firmannya QS. An Nahl ayat 78:
ﵟوَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡـٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨ﵞ
“Allah telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apapun, lalu Allah menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur.”
Suatu hari Nabi menegur sahabat yang ketika berwudlu tidak sempurna, dimana salah satu tumit kakinya tidak tersentuh dengan air. Beliau bersabda:
ويل للأعقاب من النار
“Celakalah bagi tumit-tumit (yang tidak basah) di neraka”[2]
Hadis ini menunjukan bahwa seseorang harus bersungguh-sungguh dalam belajar, maksudnya harus mengamalkan sehingga membawa perubahan dalam perilaku atau amalnya. Hal ini sesuai dengan makna belajar yang diterangkan oleh para ahli Pendidikan. Mereka mendefinisikan kata belajar dengan makna proses perubahan, seperti menurut Surya (1997), dia mengartikan makna belajar sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Begitu pula menurut Witherington (1952), ia menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
Secara keseluruhan biasanya hasil belajar akan tampak berupa:
1. Kebiasaan, seperti peserta didik belajar Bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan, seperti menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif, yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis, seperti “bagaimana”, dan “mengapa”.
6. Sikap, yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir)
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu)
9. Perilaku afektif, yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya.
Adapun menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam ranah/domain kognitif, afektif dan psikomotorik, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
B. Prinsip-prinsip Belajar
1. Perhatian dan motivasi (niat)
Siswa harus mencurahkan perhatiannya kepada apa yang sedang dia pelajari, dengan demikian akan tercapai tujuan belajar. Untuk memunculkan perhatian siswa salah satunya dengan memberikan informasi kepada siswa bahwa yang sedang atau akan dipelajari akan sangat dibutuhkan, baik itu untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun motivasi sangat erat kaitannya dengan minat siswa dan juga tujuan atau niat siswa untuk belajar. Maka motivasi bisa timbul dari dalam diri siswa (intrinsik) atau dari luar (ekstrinsik). Contoh motivasi intrinsik: ingin mendapatkan pahala dari Allah, ingin menghilangkan kebodohan dari dirinya, ingin menguasai ilmu yang dipelajari, dan lain-lain. Contoh motivasi ekstrinsik: ingin mendapat hadiah, ingin mendapatkan pekerjaan dengan mudah, ingin menjadi juara, ingin mendapat beasiswa, dan lain-lain, yang terkadang motivasi ekstrinsik bisa menjadi intrinsik.
2. Keaktifan (mendatangi guru), siswa harus aktif dalam proses belajar, baik fisik maupun psikis. Keaktifan dalam hal fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Keaktifan psikis misalnya menggunakan khazanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan sebagainya.
3. Keterlibatan Langsung, menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam cone experience atau kerucut pengalaman, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung.
4. Pengulangan, menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamati, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya.
5. Tantangan, tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
6. Balikan dan Penguatan, siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan akan mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
7. Perbedaan Individu, setiap siswa mempunyai perbedaan dan kelebihan masing-masing. Perbedaan ini berpengaruh dalam cara belajar dan hasil belajar siswa. Maka seorang guru harus memahami kondisi ini, sehingga dia bisa dan harus menggunakan metode atau strategi belajar yang bervariasi. Begitu pula seorang guru harus memberikan pengayaan bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.
0 comments:
Posting Komentar