Dalam penggunaan katanya di kalangan masyarakat umum, terkadang mereka menyamakan
semua makna kata tersebut, ketika mereka menyebut kata akhlak misalnya, maka yang
mereka maksudkan adalah etika, adab, moral, karakter, dan budi pekerti itu
sendiri. Lantas benarkah anggapan tersebut? atau bisa kita anggap wajar saja
jika dalam penggunaannya di tengah masyarakat awam? Maka alangkah baiknya kalau
kita kaji sedikit tentang perbedaan kata-kata tersebut.
Sepintas memang kata
yang berkaitan dengan akhlak terkesan sama, tapi kalau dikaji lebih dalam lagi
baik itu dari asal kata, arti secara bahasa, timbangan atau barometer,
filososfis dan penerapannya sebenarnya berbeda.[1] Berikut
adalah perbedaan antara akhlak, etika, adab, karakter, dan moral.
Etika berasal dari
bahasa Yunani "ethos" yang berarti kebiasaan atau karakter. Etika
menurut Daud Ali sebagaimana yang
dikutip oleh Mawardi[2] adalah studi atau ilmu tentang apa yang dianggap baik
atau buruk, benar atau salah, serta tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia yang berpatokan pada akal pikiran manusia. Sementara menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Etika lebih
bersifat filosofis dan universal, tidak terikat pada satu agama atau budaya
tertentu. Etika berusaha menentukan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum.[3]
Sementara adab lebih merujuk
pada sopan santun, tata krama, atau perilaku yang baik dalam interaksi sosial. Kata
adab berasal dari bahasa Arab "adab" yang berarti kesopanan atau
pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adab adalah kehalusan dan
kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Adab mengatur perilaku individu dalam masyarakat untuk menjaga harmoni dan
kesopanan sosial.
Karakter adalah gabungan
sifat-sifat dan kualitas moral yang membentuk dan mencerminkan perilaku
individu. Karakter berasal dari bahasa Yunani "kharakter" yang
berarti tanda atau ukiran. Mengacu pada keseluruhan sifat bawaan dan kebiasaan
yang membentuk identitas seseorang.
Menurut Poerwadarminta
sebagaimana yang dikutip oleh Idris (2018), kata karakter berarti tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan orang lain.[4] Sementara itu menurut Ahmad Tafsir,
karakter yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah
menyatu dalam diri manusia, sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Menurut Thomas Lickona
seperti yang dikutip oleh Reksiana, karakter adalah nilai operatif dalam
tindakan, dia didapatkan melalui proses seiring sebuah nilai menjadi kebaikan.
Selain itu, karakter juga bisa dipahami sebagai suatu disposisi batin yang
dapat diandalkan untuk menanggapi sebuah situasi sesuai moral baik.[5] Menurut Thomas Lickona, ada tiga tahapan dalam pendidikan
karakter, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action.[6] Dari ketiga tahapan tersebut, masing-masing memiliki
indikator.
No. |
Tahapan |
Indikator |
1 |
Pengetahuan moral |
Kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan
perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, pengetahuan pribadi |
2 |
Perasaan moral |
Hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang
baik, kendali diri, kerendahan hati. |
3 |
Tindakan moral |
Kompetensi, keinginan, kebiasaan. |
Moral adalah prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang berkaitan dengan perilaku
yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat. Moral berasal dari bahasa Latin
"moralis" yang berarti cara atau kebiasaan. Lebih terfokus
pada penerapan praktis dari nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari,
seringkali dipengaruhi oleh budaya, agama, dan masyarakat.
Secara umum, perbedaan utama antara istilah-istilah ini terletak pada
sumber dan fokus dari nilai-nilai yang mereka anut, serta pada bagaimana
nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
[1] Reksiana
Reksiana, “Kerancuan Istilah Karakter, Akhlak, Moral Dan Etika,” Thaqafiyyat :
Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam 19, no. 1 (August 13, 2018):
1–30, https://doi.org/10.14421/thaq.2018.%x.
[2] Mawardi, Etika, Moral, Dan Akhlak.
[3] https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 14 Juni 2024.
[4] Muh Idris, “Pendidikan Karakter : Perspektif Islam Dan Thomas
Lickona,” Ta’dibi : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 7, no. 1
(September 3, 2018): 77–102.
[5] Reksiana,
“Kerancuan Istilah Karakter, Akhlak, Moral Dan Etika.”
[6] Muhamad
Arif, Yuldashev Azim Abdurakhmonovich, and Sulaiman Dorloh, “Character
Education in the 21st Century: The Relevance of Abdul Wahhab Ash Syarani’s and
Thomas Lickona’s Concepts,” Islamic Review: Jurnal Riset Dan Kajian
Keislaman 12, no. 1 (April 6, 2023): 35–58,
https://doi.org/10.35878/islamicreview.v12i1.690.