Cari Blog Ini

Sabtu, 05 Juli 2025

Generasi Islam dimanakah mereka sekarang?

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Jalla jalaaluhu, Dzat yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita, nikmat sehat, nikmat waktu luang, dan yang paling utama adalah nikmat iman dan Islam, yang dengannya akan menghantarkan seseorang untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, yang telah menyampaikan risalah dengan sempurna, dan membimbing umatnya dari zaman

kegelapan menuju ke zaman yang penuh dengan cahaya keimanan, dan juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya yang senantiasa mengikuti jejaknya dengan berpegang teguh pada ajarannya hingga hari kiamat nanti. Kemudian yang berikutnya, khatib ingin berwasiat kepada diri khatib sendiri dan juga kepada para jama’ah sekalian, agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Hadirin jamaah sholat jum’at rahimakumullah

Kalau kita melihat sejarah perkembangan Islam, terutama di masa-masa awal kemunculan Islam, kita akan mendapati lahirnya para pemuda yang pemberani dan tanpa ragu untuk mengambil peran dalam perjuangan dakwah Islam. Kita melihat bagaimana Ali bin Abi Thalib ra, yang ketika itu baru berusia kurang lebih 20 tahun, dia menggantikan posisi Rasulullah SAW di tempat tidur beliau, di malam ketika beliau berhijrah ke Yatsrib atau yang hari ini kita kenal dengan Madinah, yang tentunya dengan menggantikan posisinya, akan mengancam nyawanya sendiri dimana ketika itu orang-orang quraisy sedang mengincar nyawa Rasullah untuk mereka bunuh, hal itu mereka lakukan demi menghentikan dakwah Islam. Selain daripada itu, Ali ra juga senantiasa ikut hadir dalam hampir setiap peperangan melawan musuh, dengan keberaniannya dan keteguhan imannya, dia rela untuk mengorbankan nyawanya sekalipun demi tegaknya agama Islam di muka bumi. Begitu pula kisah Usamah bin Zaid bin haritsah, seorang pemuda yang telah mengemban amanah yang besar, yaitu memimpin pasukan Islam untuk menghadang serangan Romawi, padahal di dalam pasukannya, terdiri dari sahabat-sahabat senior, bahkan di dalamnya ada Umar bin Khattab ra, padahal ketika itu usia Usamah baru 18 tahun. 

Hadirin jamaah sholat jum’at rahimakumullah

Generasi muda merupakan pilar utama dan ujung tombak dari kebangkitan umat di belahan dunia manapun. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa pendukung dan penyokong awal penyampaian risalah Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah para pemuda, sebagaimana disebutkan di awal, dan tentunya masih banyak lagi para pemuda dari kalangan sahabat Nabi yang mengambil perannya masing-masing. 

Keadaan yang demikian itu, tentu tidak muncul dan lahir begitu saja, akan tetapi ada input disana, yaitu para pemuda yang telah lahir dan menyaksikan bagaimana keadaan umatnya saat Islam belum hadir, dan mereka merasakan keprihatinan yang mendalam akan kondisi masyarakat. Lalu ada proses yang membuat mereka menyadari akan pentingnya peran mereka, dengan bimbingan dan didikan dari sang guru sejati, yaitu Rasulullah saw, mereka ditempa dan dibentuk dalam kawah candradimuka, sehingga terbentuklah generasi-generasi rabbani, yaitu yang memahami arah tujuan hidupnya, yang tidak tersesat dalam persimpangan jalan, yang mengenal kemana mereka harus melangkah, dan menjadikan hidup mereka begitu berarti. Sehingga kisah hidup mereka dicatat oleh generasi-generasi setelahnya dengan tinta emas.

Hadirin jamaah sholat jum’at rahimakumullah

Hari ini tentunya kita sangat merindukan keadaan demikian, lahirnya Ali-Ali yang baru, atau Usamah-Usamah yang baru, akan tetapi sepertinya umat Islam begitu kebingungan dalam menemukan cara untuk mencetak generasi unggul, umat Islam hari ini seperti kehilangan arah dan bahkan cenderung terbawa dengan pemikiran-pemikiran orang-orang kafir, mereka membiarkan anak-anak mereka jauh dari ajaran Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, bahkan mereka mendidik anak-anak mereka sebagaimana didikan orang-orang barat, mereka anggap itu adalah pendidikan yang sesuai dengan zamannya, mereka menelan begitu saja semua pemikiran yang digaungkan oleh para pembenci agama ini, yaitu dengan virus kebebasan atas nama hak asasi. Mereka kampanyekan dengan tanpa henti ke tengah-tengah para pemuda ide-ide pluraslisme, sehingga munculah generasi-generasi yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Generasi yang mengikuti setiap langkah orang2 kafir, mereka meniru gaya dan penampilan bahkan akhlak dan tingkah lakunya hanya ingin mengikuti gaya barat atau gaya orang kafir (tasyabbuh), dan bahkan lebih parahnya lagi, mereka ikut menjadi corong penyebar pemikiran-pemikiran sesat mereka, kondisi ini sebetulnya sudah dikabarkan oleh baginda Nabi jauh-jauh hari, beliau bersabda:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Hadirin jamaah sholat jum’at rahimakumullah

Marilah kita sedikit menelaah dari sepenggal hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia, Abdullah bin Abbas ra, bagaimana proses yang dilakukan oleh Rasul saw untuk menghasilkan generasi yang Rabbani, dan apa yang diajarkan oleh beliau kepadanya, Ibnu Abbas berkata:

 كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَوْمًا ، فَقَالَ «يَا غُلَامُ ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ : اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا  اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ.

“Pada suatu hari, aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.” [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh”]


Poin penting yang bisa kita dapatkan dari hadis tersebut adalah, agar kita menanamkan kepada anak-anak kita tentang hak-hak Allah yang harus kita jaga, menjaga Allah bukan berarti penjagaan sebagaimana kita menjaga harta kita, karena Allah tidak butuh dengan penjagaan hambanya, bahkan sebaliknya, kitalah yang membutuhkan penjagaan dari-Nya. Akan tetapi penjagaan disini adalah hendaklah menjaga perintah-perintah Allah dan hak-hakNya, yaitu dengan menjalankannya, dan jangan sampai meninggalkannya, diantaranya mentauhidkan Allah yaitu beribadah hanya kepada Allah semata, kemudian mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat, menjaga sumpah, dan juga berhaji jika mampu. Penjagaan disini juga bermakna menjauhi semua larangan-larangan-Nya, terutama larangan yang termasuk ke dalam dosa-dosa besar, diantaranya berbuat syirik atau menyekutukan Allah, sihir, meninggalkan sholat fardlu, durhaka kepada orang tua, perbuatan dholim, dan lain-lain. Jika mereka mampu menjaga semua itu, maka Allah akan menjaganya, pertama Allah akan menjaga urusan dunianya, Seperti penjagaan Allah atas badan, harta, anak, dan keluarganya. Allah akan menjaga anak keturunan orang-orang shalih yang menjaga batas-batas-Nya. Dan penjagaan Allah yang kedua dan ini yang paling penting, yaitu Allah akan menjaganya dari siksa api neraka kelak di akhirat nanti.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hadirin jamaah sholat jum’at rahimakumullah

Pada khutbah yang kedua ini, khatib ingin menegaskan bahwa tugas dan tanggung jawab pendidikan anak, itu bukan hanya milik sekolah, atau juga guru agama, atau guru ngaji semata, akan tetapi justru yang paling besar adalah kita sebagai orang tua mereka. Kita lah yang seharusnya mengambil peran tersebut, ketika setiap keluarga memberikan pendidikan agama dengan baik kepada anaknya, maka in syaa Allah dari keluarga itu akan muncul generasi yang baik sebagaimana yang kita harapkan, yaitu generasi yang shalih dan shalihah, dan dari generasi itu, akan lahir masyarakat yang baik, in syaa Allah. 

0 comments:

Posting Komentar

PENTINGNYA MENGENAL DAN MEMPELAJARI TENTANG RASULULLAH

  Seorang manusia ketika hidup di dunia ini, tentu dia akan dituntut untuk senantiasa belajar dan belajar, karena untuk mempertahankan eksis...