Setelah peristiwa baiat yang kedua, atau baiat kubro, para sahabat mulai diijinkan untuk berhijrah ke Yatsrib, tentunya ini adalah momen yang penting dan juga yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Besar harapan mereka agar di sana mereka bisa hidup dengan tenang dan bisa menjalankan perintah Allah, tanpa ada gangguan dan ancaman yang selama ini mereka rasakan di Mekah. Dengan penuh semangat, kaum muslim satu persatu mulai berhijrah walaupun mereka harus rela meninggalkan sebagian atau bahkan semua harta yang telah mereka usahakan selama ini,bahkan lebih dari itu, mereka juga harus berpisah dengan keluarganya. Sementara mereka sendiri belum tahu bagaimana kehidupan yang akan mereka jalani ketika di Yatsrib nanti. Akan tetapi, karena keyakinan kepada allah dan rasulnyalah yang membuat mereka mantap untuk berhijrah.
Salah satu sahabat yang mengalami
peristiwa hijrah yang membuat keluarganya harus terpisah darinya adalah Abu
Salamah, ya suami dari Umu Salamah yang kelak akan menjadi istri Rasulullah
setalah Abu Salamah wafat. Abu salamah termasuk diantara orang pertama yang
berhijrah. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Abu Salamah berhijrah sebelum peristiwa
baiat aqabah kubra. Ketika dia dan istrinya sudah berniat untuk berangkat ke
Yatsrib, tiba-tiba saudara-saudara dari Umu Salamah menahannya, mereka berkata,
“Kami tidak mengkhawatirkan jiwamu, tetapi apa pendapatmu mengenai wanita kami
ini (Umu Salamah)? Atas dasar apa kami membiarkanmu membawanya serta berjalan
ke negeri tersebut?” Akhirnya mereka merebut istrinya dari tangannya. Tentu
saja hal ini membuat marah keluarga besar
Abu Salamah, mereka tidak terima dengan perlakuan tersebut. Mereka
berkata, “Kami tidak akan membiarkan putra kami (anak abu salamah) pergi
bersama ibunya, karena kalian telah merebutnya dari tangan teman kami.” Mereka
pun akhirnya saling memperebutkan putra Abu Salamah sehingga mengakibatkan
tangannya lepas, lalu keluarga Abu Salamah membawanya pergi. Akhirnya Abu
Salamah berangkat sendiri ke Madinah. Sementara itu, Umu Salamah setiap pagi pergi
ke sebuah tempat bernama al Abthah, menangis disana hingga sore. Tak terasa
setahunpun telah berlalu, sehingga seorang kerabat Umu Salamah merasa kasihan
dengan Umu Salamah dan dia berkata, “Tidakah kalian keluarkan saja wanita yang
sengsara ini? Kalian telah memisahkan antara dirinya, suami dan putranya.”
Mereka pun berkata, “susulah
suamimu jika kamu mau.” Lalu dia meminta agar putranya dikembalikan kepadanya
dari tangan keluarga suaminya. Akhirnya Umu Salamah berangkat ke Madinah
menyusul suaminya bersama anaknya dengan menempuh jarak sejauh kurang lebih 500
Km, dan akhirnya diapun bisa bertemu kembali dengan suaminya dan berkumpul
bersama di Madinah.
0 comments:
Posting Komentar