Cari Blog Ini

Jumat, 05 Juli 2024

DAKWAH NABI KE THAIF

Setelah 10 tahun lamanya Nabi berdakwah kepada orang-orang Quraisy, tapi perkembangan yang dirasakan begitu lambat, bahkan penentangan dan juga penyiksaan serta gangguan yang dialaminya semakin berat setelah wafatnya pamannya Abu Thalib yang selama ini menjadi pelindung, beliau pun mulai mengarahkan tujuannya kepada orang-orang di luar Makah. Maka kota Thaif dijadikan sebagai tujuan dakwah beliau. Beliau berangkat dengan berjalan kaki bersama Zaid bin Haritsah ke Thaif yang berjarak 60 mil atau 90 KM dari Makah. Setiap kali beliau melewati suatu kabilah, Nabi pun

mendakwahinya. Setelah tiba di kota Thaif, beliau mendatangi tiga orang bersaudara yang merupakan pemuka kabilah Tsaqif, yaitu Abd Yalail, Masud, dan Habib. Lalu beliau pun mengajak mereka untuk memeluk Islam, akan tetapi ketiganya menolak ajakan Nabi. Rasulullah tinggal di Thaif selama sepuluh hari mengajak orang-orang kepada Allah, akan tetapi tidak seorangpun yang menerima ajakan beliau. Bahkan semuanya mengusir Nabi dengan berkata, “Keluarlah engkau dari negeri kami.” Di saat Nabi hendak keluar dari Thaif, mereka menyuruh budak-budak mereka untuk berjajar di jalan dan melempari Nabi dengan batu serta mencaci makinya. Sehingga Nabi pun mengalami luka dan darah pun mengalir sampai membasahi kedua sandalnya. Zaid bin Haritsah yang ikut bersama Nabi, berusaha untuk melindunginya, sehingga dia pun terluka di kepalanya.

Tibalah Nabi dan Zaid di sebuah kebun anggur milik Utbah dan Syaibah bin Rabi’ah, beliau pun beristirahat sambil berteduh disebuah pohon. Beliau berdoa dengan lirih sehingga hal itu disaksikan oleh Utbah dan Syaibah bin Rabiah. Lalu mereka menyuruh salah seorang budaknya yang beragama Nasrani yang bernama Addas dengan berkata, “Ambilah setangkai anggur ini dan antarkan kepada orang tersebut.” Tatkala dia menaruhnya dihadapan Rasulullah, beliau mengulurkan tangannya untuk mengambilnya dengan membaca “Bismillah” lalu memakannya. Addas berkata, “Sesungguhnya ucapan ini tidak biasa diucapkan oleh penduduk negeri ini.”

Lantas Rasulullah bertanya kepadanya, “Kamu berasal dari mana? Dan apa agamamu?”

Dia menjawab, “Aku seorang Nasrani dari penduduk Ninawa.”

Rasul berkata lagi, “Dari negeri seorang pria shalih bernama Yunus bin Mata?”

Orang tersebut berkata, “Apa yang kamu ketahui tentang Yunus bin Mata?”

Beliau menjawab, “Dia adalah saudaraku, dia seorang Nabi, demikian pula dengan diriku.”

Addas langsung merengkuh kepala Rasulullah, kedua tangannya dan kedua kakinya lalu diciuminya.

Utbah dan Syaibah bin Rabiah terus memperhatikan budaknya itu dari kejauhan, setelah Addas menghampirinya, mereka berkata, “Bagaimana kamu ini, apa yang telah kamu lakukan?”

Addas berkata, “Wahai tuanku, tidak ada sesuatu pun di muka bumi ini yang lebih baik dari orang ini, dia telah memberitahukan kepadaku suatu hal yang hanya diketahui oleh seorang Nabi.”

Setelah beristirahat di tempat itu, nabi pun melanjutkan perjalannya menuju Makah, dan tatkala sampai di tempat yang bernama Qarn Manazil, Jibril pun datang kepadanya bersama malaikat penjaga gunung yang menunggu perintahnya untuk menimpakan al Khasyabain (dua gunung di Makah) kepada penduduk Thaif dengan berkata, “Wahai Muhammad, Hal itu terserah padamu, jika engkau menghendaki aku meratakan mereka dengan al Khasyabain, maka akan aku lakukan.”

Nabi pun menjawab, “Bahkan aku berharap kelak Allah memunculkan dari tulang punggung mereka suatu kaum yang menyembah Allah semata, dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.”

Setelah itu, datanglah sekelompok dari bangsa jin menemui Nabi untuk mendengarkan ayat Al Qur’an sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al Jin dan  Al Ahqaf ayat 29-31.    

0 comments:

Posting Komentar

PENTINGNYA MENGENAL DAN MEMPELAJARI TENTANG RASULULLAH

  Seorang manusia ketika hidup di dunia ini, tentu dia akan dituntut untuk senantiasa belajar dan belajar, karena untuk mempertahankan eksis...