Perasaan antara ayah dan anak sangatlah kuat. Seorang ayah akan senantiasa bisa merasakan apa yang dialami oleh anaknya walaupun terpisah oleh jarak yang jauh. Hal ini telah dibuktikan dalam kisah nabi Ya’qub dan anaknya nabi Yusuf.
Ketika
nabi Ya’qub berpisah dengan nabi Yusuf, maka nabi Ya’qub pun sangat bersedih.
Sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَتَوَلَّىٰ عَنۡهُمۡ
وَقَالَ يَٰٓأَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ وَٱبۡيَضَّتۡ عَيۡنَاهُ مِنَ ٱلۡحُزۡنِ
فَهُوَ كَظِيمٞ ٨٤
“Dan
Ya´qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka
citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan
dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).” (QS.
Yusuf: 84)
Dalam
ayat ini Allah menggambarkan kesedihan yang dialami oleh nabi Ya’qub hingga
matanya menjadi putih.
Diriwayatkan
bahwa perpisahan beliau dengan nabi Yusuf hingga ia bertemu kembali adalah 80
tahun. Selama itu sehari pun kesedihannya tidak pernah hilang dari hatinya.
Menjelang
pertemuannya dengan nabi Yusuf, nabi Ya’qub mencium wanginya nabi Yusuf ketika
gamisnya memasuki kota dimana nabi Ya’qub tinggal. Allah ta’ala berfirman:
وَلَمَّا فَصَلَتِ ٱلۡعِيرُ
قَالَ أَبُوهُمۡ إِنِّي لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَۖ لَوۡلَآ أَن تُفَنِّدُونِ ٩٤
“Tatkala
kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata ayah mereka:
"Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah
akal (tentu kamu membenarkan aku)". (QS. Yusuf: 94)
Perhatikan!
Masih sangat jauh jarak antara Nabi Ya’qub dengan gamis nabi Yusuf. Adapun ketika
pembawa berita gembira itu meletakan gamis tersebut ke wajah sang ayah ini,
maka seketika itu juga matanya yang batu itu kembali melihat.
Peristiwa
yang mirip terjadi di masa Umar
Ini
terjadi pada Umayyah bin Al-Askar.
Umayyah
memiliki anak yang bernama kilab. Dan kilab adalah seorang anak yang sangat
berbakti kepada orang tuanya. Kilab ini pergi berjihad meninggalkan kedua orang
tuanya, dan tentu saja setelah meminta keridhoan orang tuanya. Akan tetapi
kepulangan Kilab dari medan perang mengalami keterlambatan. Maka Umayyah sangat
sedih atas anaknya yang belum pulang. Ketika ia melihat seekor induk merpati
memanggil-manggil anaknya, maka ia menangis. Ketika ibu Kilab melihat suaminya
seperti itu, maka ia pun ikut menangis. Maka ia menggubah sebait puisi yang
biasa dibaca oleh para pengendara hingga hari ini. Sebagian bait puisi itu
berbunyi:
Ketika seekor merpati bersuara di atas sebatang
pohon (Memanggil-manggil anaknya)
Maka ingatlah keduanya kepada Kilab
Kemudian
ia mengalami kebutaan. Lalu ia datang kepada Umar bin Khattab, berharap agar
mengembalikan Kilab (dari medan perang). Maka Umarpun menetapkan kepulangan
Kilab. Tatkala Kilab tiba, maka Umar bertanya tentang perbuatan baiknya kepada
bapaknya. Maka Kilab menjawab: “aku mendahulukannya dan mencukupi segala
urusannya. Ketika aku hendak memerah susu untuknya, maka aku mendatangi salah
satu untanya yang paling banyak mengeluarkan air susu. Kemudian aku
mengistirahatkan unta itu dan membiarkannya hingga unta itu tenang. Kemudian
aku mencuci ambing unta itu hingga dingin. Kemudian barulah aku memerahnya dan
memberikannya kepada ayahku untuk diminum.”
Kemudian
Umar memerintahkan Kilab untuk memerahkan unta dengan cara sebagaimana yang
biasa ia lakukan. Dan Umar mengambil wadah (untuk susu yang diperah kilab).
Lalu
Umar memberikan susu perahan Kilab itu kepada ayahnya. Umar berkata kepada ayah
Kilab: “minumlah.” Maka tatkala ia mengambilnya ia berkata, “demi Allah wahai
amirul mu’minin, sesungguhnya aku benar-benar mencium aroma tangan Kilab.”
Maka
Umar menangis. Ia berkata, “inilah Kilab.”
Maka
ayah Kilab melompat dan memeluk Kilab. Umar menangis dan orang-orang yang hadir
pun menangis. Mereka berkata kepada Kilab: “tetaplah tinggal bersama kedua
orang tuamu. Bersungguh-sungguhlah mengurus keduanya selama mereka berdua masih
hidup.”
0 comments:
Posting Komentar