Cari Blog Ini

Senin, 31 Mei 2021

MENCARI HIDAYAH


 Setiap kali kita mendengar ceramah, seorang penceramah pasti memulai ceramahnya dengan perkataan "Barang siapa yang diberikan petunjuk oleh Allah , maka tidak seorang pun yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya, maka tidak ada seorang pun yang bisa memberinya petunjuk". dengan demikian maka seolah-olah petunjuk atau hidayah itu hanyalah hak preogatif Allah semata, benarkah demikian?

Dalam sehari, seorang muslim yang taat minimal akan berdo'a kepada Allah agar diberikan hidayah sebanyak 17 kali, ya 17 kali minmal dalam sehari semalam. yaitu ketika dia membaca surat Al Fatihah, diayat yang ke-6, dia akan membaca yang artinya "Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus".
Kata hidayah berasal dari kata هدى - يهدي yang artinya petunjuk. Bisa diibaratkan kalau seandainya kita ingin pergi ke suatu tempat yang belum pernah kita datangi, tentulah kita akan sangat membutuhkan yang namanya petunjuk jalan yang akan membuat kita bisa sampai ke tempat itu. Begitu pula dalam kehidupan ini, kita semua sama-sama ingin menuju kepada keridhoan Allah dan surganya diakhirat nanti. Untuk mendapatkan itu semua perlu yang namanya petunjuk agar kita bisa meraihnya.
Pada kenyataannya tidak semua manusia diberikan petunjuk oleh Allah untuk menempuh jalan yang lurus walaupun mereka sangat menginginkannya. Karena memang banyak sekali faktor yang menghalangi seseorang untuk mendapatkan hidayah.  Baik itu faktor internal maupun eksternal, dari dirinya sendiri maupun dari luar atau lingkungan sekitar. Contoh yang sangat jelas terlihat adalah Abu Thalib, pamannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Orang yang sangat dekat dengan manusia yang paling mulia akhlaknya, yang dia sendiri sangat mengenal bahwa keponakannya itu bukanlah seorang pendusta. Akan tetapi itu semua tidak membuatnya memeluk Islam karena ternyata dia lebih cenderung kepada agama kaumnya ketika itu, yaitu agama yang penuh dengan kesyirikan.
Lantas petunjuk yang manakah yang bisa menuntun seseorang kepada Allah, dzat yang telah menciptakannya.

Macam-macam Hidayah
Makna "Tunjukanlah" disini adalah berikanlah kami ilham, atau taufiq dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapatkan petunjuk(1). Yaitu hidayah irsyad dan taufiq. Hidayah irsyad adalah ilmu pengetahuan yang membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan hidayah taufiq adalah kemauan hati untuk menerima kebenaran dan mengikutinya. Oleh karena itu, hidayah irsyad (petunjuk) akan didapat oleh semua manusia. Akan tetapi hidayah taufiq tidak semua orang mendapatkannya,Hidayah taufiq hanya Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki saja. Walaupun seseorang tahu bahwa Islam adalah agama yang benar, tidak menjadikan jaminan bahwa dia akan langsung mengikuti kebenaran itu dengan masuk Islam. 
Allah jalla jalaaluhu menegur Rasul-Nya yang sangat menginginkan agar pamannya yaitu Abu Thalib agar mau mengucapkan syahadat sebelum ajal menjemputnya, sebagaimana dalam QS. Al Qashas ayat 56:

إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ٥٦

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."

Makna Shiratal mustaqim

 Makna shiratal mustaqim dalam QS. Al Fatihah ayat ke 6 adalah Islam. Sedangkan menurut Imam Ibnu Jarir At Thabari rahimahullah, yang dimaksud dengan As Shiratal mustaqim adalah jalan yang terang yang tidak berbelok-belok (lurus). Maka jika dikatakan dia istiqamah dalam beragama Islam, maksudnya adalah dia senantiasa konsisten berpegang teguh terhadap ajaran Islam, dan tidak pernah merubah keyakinannya.
Para ulama juga menafsirkan shiratal mustaqim adalah mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Atau kitabullah yaitu Al Qur'an dan SunnahHal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Dua hal inilah yang akan membawa seseorang kepada jalan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Maka barangsiapa yang mencari jalan keselamatan dengan selainnya, dia tidak akan pernah menemukannya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ 

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (QS. Al Imran: 103)
Ibnu Mas'ud berkata: "Tali Allah adalah Al Qur'an". Hal ini sesuai dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, 
إن هذا القرآن هو حبل الله
"Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah tali Allah."   

Daftar pustaka:

  
   

0 comments:

Posting Komentar

PENTINGNYA MENGENAL DAN MEMPELAJARI TENTANG RASULULLAH

  Seorang manusia ketika hidup di dunia ini, tentu dia akan dituntut untuk senantiasa belajar dan belajar, karena untuk mempertahankan eksis...